Kutipan dari Widyawati Oktavia
Berikut adalah kumpulan kata-kata bijak dan kutipan inspiratif dari Widyawati Oktavia. Kutipan-kutipan ini mencerminkan pemikiran, filosofi, dan kebijaksanaan yang telah menginspirasi banyak orang. Temukan inspirasi dan wawasan baru melalui kata-kata yang bermakna mendalam ini.

Widyawati Oktavia
Penulis dari Indonesia
Kategori: Penulis (Modern) Negara: Indonesia
Menampilkan 1 - 18 dari 18 kutipan
Saat matahari datang esok, saat itu pula aku akan menebar abu kisah-kisah yang membuatku jatuh cinta kepadamu, Petualang. Malam ini, dongeng-dongengmu, percakapan kita, dan segala harap yang diendapkan hujan akan kubakar di perapian. Aku akan melupakanmu. Abunya akan menebar ke segala arah. Habis bersama angin sebelum sampai kepadamu. Engkau akan sudah sangat jauh dalam perjalananmu.
Cinta bukanlah sesuatu yang rumit, hanya sesuatu yang membuatmu tenang, membuatmu nyaman. Dan, yang terpenting, membuatmu tak kehilangan harapan.
Kau sedang dilamun ombak, Nak. Kau harus perkuat kapal layarmu. Kata orang, nahkoda selalu yakin esok akan ada matahari, Nak, karena itu mereka tak pernah hilang harapan di lautan yang tak bertepi sekalipun. Dan, ada doa yang selalu menyertai mereka, dari jauh, dari rumah yang mereka tinggalkan… Ah, Nak, bersabarlah…. Suatu hari, kau akan menemukan kebahagiaan lebih dari semua ini, percayalah, Nak.
Aku telah hanyutkan segala mimpi di sungai itu, juga seluruh harapanku. Semua telah hanyut, mungkin sudah hilang di samudra. Yang tertinggal hanya kenangan ini. Kenangan yang hanya berputar-putar di ruang yang sama, tak beranjak ke mana pun. Setelah lelah berputar, kenangan ini akan mencekikku. Aku tidak punya lagi apa yang dapat mengelanakannya: harapan.
Perempuan itu pengagung cinta. Namun, ia juga tidak akan bisa hidup dengan orang yang tidak mencintainya, orang yang tidak ia percayai, lagi. Kini, sakit telah membuat dirinya sadar bahwa ia akan mampu melewati semua ini sendiri. Tanpa laki-laki itu. Ia telah dikhianati satu kali, dan rasanya begitu sakit. Ia tak akan membiarkan lagi itu terjadi untuk kali kedua –merasakan sakit yang lebih lagi, ia rasa, ia tidak akan mampu.
Apakah harus kukumpulkan setiap kepingan kehilangan untukmu? Agar kau tahu. Kepergianmu menyimpan kepingan-kepingan kehilangan untukku, Petualang.
Aku ingin punya sayap dan bisa terbang. Aku ingin pergi dari balik pelangi ini. Aku ingin melihat apa yang ada di balik pelangi ini. Aku ingin melihat apa yang kau ceritakan.
Aku sudah menanti orang untuk membeli kenangan terakhir ini. Saat aku menghanyutkan segalanya di sungai ini, aku menyisakan kenangan ini untuk diriku. Kenangaan yang pernah menjadikan hari-hariku penuh bahagia dan kupikirakan selamanya. Tapi, ternyata kenangan ini hanya menyiksaku. Kenangan yang terlalu indah untuk kusimpan.
Aku tak bisa hidup hanya dengan cerita; cerita-cerita panjang tentang cinta di sepanjang jalan yang akan kita lalui. Sementara, aku meninggalkan cinta yang sebenarnya, yang telah membuatku hidup.
Bagiku, kepergian tak pernah menyimpan kehilangan, Rayina. Tak pernah ada. Kepergian hanya menyimpan langkah bersamanya. Dan, memang selalu begitu. Aku bukan peminat kehilangan.
Apakah harus kukumpulkan setiap kepingan kehilangan untukmu? Agar kau tahu. Kepergianmu menyimpan kepingan-kepingan kehilangan untukku, Petualang.
Tidak ada perasaan yang bertahan selamanya. Aku belajar itu dari Papa. Cepat atau lambat, sesuatu yang kita miliki akan hilang dan yang tertinggal kemudian cuma rasa benci.
Kau tahu apa artinya kehilangan? Yakinlah, kau tak akan pernah benar-benar tahu sampai kau sendiri mengalaminya.
Kau, berbahagialah. Jangan menengok kembali kenangan kau-aku itu. Itu bukan lagi tentang kita. Itu hanyalah tentang kau-aku. Kau bisa melihat perbedaannya, bukan?
Teriakan dan lolongan yang kata orang lahir dari rasa takut akan kematian. Sebenarnya, semua itu lahir bukan dari rasa takut akan kematian. Melainkan, dari rasa takut karena kematian itu tidak akan pernah menghampirimu.
Ah, kau selamat tinggal… Biarlah, aku saja yang akan menjaga kenangan kita. Aku akan hidup dalam kenangan kita, hingga aku menua, dan mencapai titik terakhir usia. Aku memiliki kenanganmu, ah, meski bukan memilikimu.
Lucu, terkadang manusia tidak menyadari apa yang sesungguhnya mereka inginkan sebelum benar-benar kehilangan.
Seperti jendela yang menyetia, Kenangan ini pun tak akan pernah lelah. Aku selalu ada sela untukmu dan harapan yang kau bawa.
Kutipan-kutipan dari Widyawati Oktavia di atas merupakan gambaran dari pemikiran dan karya beliau yang telah memberikan inspirasi bagi banyak orang. Setiap kata-kata bijak membawa pesan mendalam yang dapat menjadi refleksi dan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Semoga Anda menemukan inspirasi dan pencerahan melalui kutipan-kutipan ini.