Kutipan dari Wuwun Wiati

Pernikahan itu butuh usaha dari kedua pihak. Harus saling terbuka. Jujur. Masalah akan selalu ada. Jangan lari!

Sabarlah, tidak semua hal bisa kamu selesaikan sendiri. Untuk hal-hal di luar jangkauanmu, kamu harus belajar sabar dan merelakannya.

Kalau memang sudah tidak ada kecocokan, kenapa harus dipaksakan?

Jarak muncul begitu saja sejak bumi tercipta, ke dalam sanubari manusia, membuat yang dekat menjadi jauh, yang jauh menjadi tak tersentuh, atau sebaliknya.

Keluarga memang bagian dari latar belakang yang ikut membentuk kepribadian kita, tapi sebetulnya tidak semudah itu juga.

Masak itu tidak susah. Belajar sebentar juga bisa. Di awal kurang enak, tidak apa-apa, tapi lama-lama pasti enak juga.

Membaca pikiran wanita semudah mengedipkan mata. Tapi nyatanya tidak.

Beban hidup juga takkan ringan bila kita hadapi dengan muram.

Cinta itu juga urusan hati.

Hari pernikahan merupakan hari kita mulai menyerahkan diri sepenuhnya pada orang yang kita pilih. Di hari itu, kita tidak lagi sendirian, mulai menjadi satu paket dengan pasangan kita. Kita berharap akan bersama selamanya dengan pasangan kita.

Hidup cuma sekali, jadi harus dinikmati.

Kebebasan itu justru hal mutlak dalam pernikahan. Kamu harus memberi ruang gerak bagi pasangannya. Tentu, harus disertai tanggung jawab dan kesetiaan. Dan itu semua datangnya datang dari cinta, saling memberi dan saling menerima, yang kita jaga dan komunikasi.

Lamaran itu kan sekali seumur hidup. Harus kreatif dong.