Kutipan dari Aditia Yudis - Halaman 4

Ingatan anak kecil tak bisa dipercaya. Mereka selalu bisa melihat apa yang orang-orang dewasa nggak bisa lihat.

Itu manusiawi. Menginginkan orang lain tergantung kepadamu.

Jangan karena sudah sukses di tanah rantau, kamu sama tanahmu sendiri. Di sini, kamu dibutuhkan.

Jangan terlalu percaya kepada ingatanmu sendiri.

Kalau menikah hanya karena memang sudah waktunya buruknya lagi, demi perbaikan status di KTP: dari ‘Belum Kawin’ menjadi ‘Kawin’- rasanya menyedihkan sekali.

Kamu cuma perlu yakin sama dirimu sendiri saja.

Ketika cinta ada, tak perlu lagi ada yang ditakutkan.

Kita tidak terbiasa membiarkan waktu hilang begitu saja tanpa kita tahu, selalu ada cerita di tiap menit kita, bukan?

Masa lalu tinggal sejarah. Hidup itu sekarang. Bukan pula besok.

Mencintai itu nggak perlu rumit. Kuncinya ketulusan.

Meskipun raga kita berjarak, namun hati kita selalu bersama? Hatiku dan hatimu?

Mungkin, kau akan ragu ketika cinta yang kau dapatkan masih separuh hati ketika kau terima. Ke mana pun kau pergi, masa lalu akan menjadi kepingan cerita yang mengusik dan mengganggu perasaanmu.

Ngurusin bayi besar nggak akan lebih sulit dari bayi beneran, kan?

Perempuan seperti apa sih yang dicari-cari pria itu?

Pernah sampai di tempat yang berbeda dengan ingatanmu?

Semuanya butuh waktu, begitu juga dengan cinta. Bagaimanapun, masa depan jauh lebih penting daripada masa lalu.

Seperti inikah konsep kebahagiaan yang dicari oleh banyak orang? Bukan uang banyak yang bisa membeli segalanya?

Siapa yang bisa memaksakan cinta? Lebih baik menyerah dibanding menderita, kan?

Suatu saat bakal kerasa kok betapa pentingnya menikah itu.

Takut itu bolehnya cuma sama Tuhan! Seseorang itu biasanya takut karena berbuat kesalahan.