Kutipan dari Andrea Hirata - Halaman 2

Penampilan yang sempurna karena persiapan yang matang.

Sebagian besar orang tak seperti bagaimana mereka tampaknya, dan begitu banyak orang salah dipahami, di sisi lain manusia gampang sekali menjatuhkan penilaian.

bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.

Cerita saya adalah kisah orang lupa suara dan bersuara.

Berkelanalah, jelajahi Eropa, jamah Afrika, temukan mozaik nasibmu di pelosok-pelosok dunia.

Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil apapun terjadi karena sebuah kebetulan.

Maka di negeri ini, para pemimpi adalah pemberani. Mereka Kesatria di tanah nan tak peduli. Medali harus dikalungkan di leher mereka.

Cinta bagi kebanyakan perempuan adalah dedikasi dalam waktu yang lama, tuntutan yang tak ada habis-habisnya sepanjang hayat, dan semua pengorbanan itu tak jarang berakhir dengan kekecewaan yang besar.

Setiap orang mempunyai jalan yang berbeda untuk memahami sesuatu.

Hidup bisa demikian bahagia dalam keterbatasan jika dimaknai dengan keikhlasan berkorban untuk sesama.

Kerja Tuhan tidak boleh diramal. Nasib, usaha dan takdir bagaikan tiga bukit biru samar-samar yang memeluk manusia dalam lena.

Pelajaran moral nomor Sembilan belas: cinta, bisa saja berbanding terbalik dengan waktu, tapi pasti berbanding lurus dengan gila.

Prestasi tertinggi seseorang, medali emasnya, adalah jiwa besarnya.

Berbuat yang terbaik pada titik di mana aku berdiri, itulah sesungguhnya sikap yang realistis.

Kini aku siuman di sini, mendapati diriku tak lebih dari seorang anak kampung di sudut dunia yang tak dipedulikan siapapun, yang tak pernah tampak di petamanapun.

Namun, tak pernah kusadari bahwa sikap realistis itu sesungguhnya mengandung bahaya sebab ia memiliki hubungan dekat degan rasa pesimis. Realistis tak lain adalah pedal rem yang sering menghambat harapan orang.

Cinta sepak bola adalah cinta buta yang paling menyenangkan.

Dulu guru mengajiku pernah mengajarkan bahwa pertemuan dengan seseorang mengandung rahasia Tuhan. Maka, pertemuan sesungguhnya adalah nasib.

Ke manapun tempat yang ku tempuh, apapun yang telah aku capai, dengan siapapun aku berhubungan, tetap saja aku manusia biasa.

Langit adalah kitab yang terbentang.