Kutipan dari Emha Ainun Nadjib - Halaman 4

Hidup ini sangat luas dan dimensi-dimensi persoalannya tak terhingga, untuk itu diperlukan bukan sekadar wawasan yang luas dan pengetahuan yang terus dicari melainkan juga kearifan dan sikap luhur yang konsisten dari hari ke hari.

Masih tersediakah peluang di dalam kerendahan hati kita untuk mencari apapun saja yang kira-kira kita perlukan meskipun barang kali menyakitkan diri kita sendiri?

Kalau saya datang dengan berpakaian gamis dan sorban, memang tidak ada salahnya. Cuman saya takut semua orang akan berkesimpulan bahwa saya lebih pandai daripada yang lain. Lebih parah lagi, kalau mereka berkesimpulan bahwa saya lebih alim. Kalau itu tidak benar, itu kan namanya 'penipuan'!

Kearifan-kearifan agama harus diterjemahkan ke dalam sistem nilai pengelolaan sejarah, kebudayaan dan peradabannya.

Peraturan dan undang-undang tidak slalu sama dengan keadilan, ia bahkan bisa saja bertentangan denganprinsip keadilan. Undang-undang memiliki relativitasnya sendiri dan tidak mutlak sebagaimana firman Tuhan.

Belajarlah membedakan mana kemuliaan dan mana kehinaan, amatilah mana orang yang luhur dan mana yang hina, mana yang derajatnya tinggi dan mana yang rendah.

Tuhan mengajarkan kreatifitas terlebih dahulu.

Kalau sama Tuhan kita harus 100%, kalau kepada ilmu kita, cukup 99%. Seluruh yang saya ketahui dan yakini benar itu belum tentu benar. Maka saya tidak mempertahankan yang saya yakini benar karena mungkin mendapatkan ilmu yang lebih tinggi.

Kebatilan hanyalah kebenaran yang tak diberi ruang.

Tuhan tidak bertanya padamu apakah kamu mampu menolong mbambung atau tidak, tapi melihat apakah kamu mencintai orang lemah atau tidak.

Anda tidak boleh mendewakan saya, me-Muhammad-kan saya, meng-habib-kan saya, karena saya adalah saya karena Allah menjadikan saya sebagai saya dan tidak karena yang lain. Maka Anda obyektif saja sama saya.

Semalam batok kepalaku pecah; Dipukul orang dari belakang; Tatkala bangun di pagi merekah; Hatiku telah memaafkan.

Betapa Tuhan serasa hati ini; Dicacah dilukai berulangkali;Berdarah-darah dan mati beribu kali; Esok terbit jadi matahari.

Kepala negara hingga kuli mengincar; Menjebak dan mencuri hidupmu; Namun betapa ajaib sesudah siuman; Kau percaya lagi.

Hati bermuatan seribu alam semesta; Dindingnya keremangan; Kalau kau keliru sapa; Ia berlagak jadi batu seonggokan.

Betapa dahsyat penciptaan hati; Bagai Tuhan itu sendiri; Oleh apa pun tak terwakili: Ia adalah Ia sendiri.