Kutipan dari Najwa Shihab - Halaman 19

Teladan dalam bersikap nyata, bukan kegamangan yang penuh kata-kata.

Tokoh perubahan datang alamiah, tanpa kosmetik dan permainan citra. Tercipta bukan polesan sesaat, namun kiprah dan pengakuan orang banyak.

Wakil itu orang kedua, jangan minta jadi yang utama.

Bagaimana caranya membentengi negeri, dari pejabat rakus yang tak punya harga diri.

Berkarya untuk kebutuhan warga, bukan memperkaya keluarga.

Ikhtiar serius untuk membenahi, tentu perlu diapresiasi.

Indonesia seharusnya punya tawaran jelas, mengemas khasanah dan adiluhung identitas.

Jangan salahkan watak korporasi, melobi sesiapa pejabat berkuasa yang mudah dibeli.

Karena nasionalisme bukan slogan mati, tapi pengorbanan kolektif membela visi.

Keberanian jadi syarat mutlak, untuk membongkar sistem yang rusak.

Kekerasan semakin berjaya, di hadapan negara yang tak berdaya.

Kesediaan warga berbagi apa yang mereka bisa sadar nilai bahagia terletak pada berdaya bersama.

Kini kita belajar kepahlawanan, melalui kerja keras, kepemimpinan dan keteladanan.

Mengajari rakyat makna seorang pemimpin, dalam kerja dan kesediaan menderita.

Menjadi pengikut memang bukan dosa, tapi jadi diri sendiri itu istimewa.

Menjaga negara dari gelap mata kuasa, berpihak pada setiap masalah nyata warga negara.

Para pemburu rente merajalela, menggadaikan negara seperti terlatih dan sudah biasa.

Para penyeleksi di DPR juga harus ditekan, agar memilih bukan berdasar sempitnya kepentingan.

Pemimpin itu mendobrak keadaan, bukan mengokohkan kemapanan.

Pemimpin yang enggan berbagi, sama saja ingin menang sendiri.