Kutipan dari Najwa Shihab - Halaman 24

Mencari komisioner KPK butuh negarawan, mereka yang tahu apa yang jadi kebutuhan.

Menjadi pribadi otentik memang susah, merawat jatidiri semakin tak mudah.

Mereka yang hidupnya bersih, pasti tak takut jadi orang yang tersisih. Harta dan penghasilan pribadi, mereka publikasi tanpa ditutup-tutupi.

Mereka yang reaksioner, sulit jadi pemimpin yang visioner.

Partai menjadi satu sarana, parlemen menjadi satu arena, yang harus direbut untuk kepentingan warga.

Partai seharusnya elemen penting demokrasi, kini dicibir sinis & seolah kalah legitimasi.

Pelajaran apa dari hukuman mati, ketika efek jera justru lebih banyak menjelaskan sangsi?

Peradilan sesaat bukan sekali terjadi, sementara nyawa manusia tak bisa terganti.

Ramadan jelas harus dihormati, terutama oleh laku kita sendiri.

Rezim tiran sudah lama diganti, suksesi kini menjadi hal yang pasti.

Sangat tidak mudah berkata tidak, ketika kekuasaan tergila-gila dengan kata ya.

Sebelum kita bicara urusan tata-cara yang rumit, mari kita koreksi lebih dulu sistem kepartaian kita yang sakit.

Setiap orang punya keunikan, tapi sering tertutupi kebiasaan.

Setiap orang-orang kecil bertindak, kita melihat wajah negara terkoreksi lebih bijak.

Sistem hidup yang sengit penuh kompetisi, mencetus depresi menerbitkan agresi.

Sistem yang mudah terbeli, tak akan berubah hanya dengan rajin inspeksi.

Tak cukup urus bikini, untuk perbaiki moral anak negeri.

Tapi istana negara, jelas bukan tempat berleha-leha.

Tapi masih ada yang serius mau mengabdi dan sungguh-sungguh berniat mewakili.

Wargalah yang harus selalu diurus, bukan negara yang memperkaya para aparatus.