Kutipan dari Najwa Shihab - Halaman 8

Kenyamanan jauh lebih menggoda, kemapaman dianggap lebih utama.

Media selalu punya kesempatan emas, membangun keterlibatan sosial dan solidaritas.

Mereka berani mengambil posisi, bahkan berlaku bak politisi. Bersikap gamblang dan berbicara lantang, karena percaya pada sang penantang.

Negarawan yang taat konstitusi, bukan menyerah pada selera politisi.

Sejarah akan menghitamkan mereka yang layak dijatuhkan, sejarah akan meninggikan mereka yang memang layak dimuliakan.

Skandal rekaman itu jelas menunjukkan, para benalu tak tahu malu hidup kekal berkelanjutan.

Usia terlalu ringkas untuk dilewatkan tanpa melakukan perubahan.

Inilah resikonya jika politik dipenuhi drama urusan publik pun menjelma jadi sekadar telenovela.

Memerangi HIV/AIDS tak cukup seruan moral, perbaikan kesejahteraan & pendidikan adalah jalan keluar.

Harta dan tahta, memang dua sisi yang tak bisa dipisahkan. Perputaran uang, jadi bahan bakar kekuasaan.

Televisi dituntut sanggup memediasi, antara idealisme dan kalkulasi industri.

Setiap kita bisa mengambil pelajaran, pembangunan membutuhkan kedamaian dan keadilan.

Kita mungkin bosan dengan muka yang itu-itu saja, tapi yang muda juga harus kasih bukti yang jelas dan nyata.

Klise & pemanis politik berhamburan, transaksi instan sibuk mencari jalan.

Rakyat senang orang pintar berpolitik, apalagi yang bijak menjaga etika publik.

Jabatan menjadi berhala, ketika penguasa lebih sayang dukunnya.

Proklamasi harusnya tak berhenti sekadar deklarasi, sebab merdeka mestinya bukan alat propaganda.

Regenerasi politisi tak boleh berhenti, ruang partisipasi harus dihidupkan kembali.

Koruptor harusnya menyesal & sadar, bukan malah kembali melanggar.

Lama dilupakan dalam pembangunan, dipanggang api pertikaian dan perseteruan.