Kutipan dari Najwa Shihab - Halaman 10

2016 harus jadi tahun keadaban, mengabdi bukan mencuri, pengorbanan daripada pembebanan.

Budaya ketimuran harus jadi kebanggaan, bukan dengan ancaman dan paksaan.

Fokus pada target dan cita-cita, cemooh dan ejekan lebih baik abaikan saja.

Jika partai mengaku anti korupsi, mengapa calonkan kandidat yang terindikasi.

Jika semua sibuk memburu kemenangan, demokrasi tak lebih sekedar barang dagangan.

Jogja adalah saksi mata, jutaan sarjana yang diwisuda.

Ketenaran memang bisa menggugah, meyakinkan pemilih lewat lagu dan sabda.

Kita rindu pejabat penuh tauladan, yang memimpin bukan demi kekayaan.

Tjokro dan rumahnya menjadi teladan, tentang senioritas yang menghidupkan dan bukan mengkerdilkan.

Indonesia menjadi mengerikan, saat kaum intoleran terus dibiarkan.

Jangan terkecoh dengan panasnya perdebatan, laku saling serang sidang dewan kehormatan.

Jumlah kursi pasti menentukan, tapi koalisi tak bisa abaikan kekompakan.

Koruptor menjadi napi, menyulap fasilitas bui hanya soal transaksi.

Pada merekalah konsep bela negara perlu diberikan, mereka yang menjual Indonesia melalui sebentuk kebijakan.

Tanah air adalah sebuah buku yang terbuka, setiap generasi harus mengisinya dengan karya.

Advokasi & mutu legislasi melambat, sementara perjuangan kesejahteraan anggota sendiri meningkat.

Mereka yang halalkan segala cara, tak malu merekayasa angka-angka. Atas nama metodologi, survei pesanan dipublikasi seperti murni.

Sejarah akan menjadi dogma, andai dibaca dengan cara yang biasa.

Tugas polisi melindungi dan mengatur, menjadi polisi sejati bukan polisi tidur.

Hanya pendidikan yang bisa menyelamatkan masa depan, tanpa pendidikan Indonesia tak mungkin bertahan.