Kutipan dari Najwa Shihab - Halaman 11

Rakyat kecil menjadi korban tak berdosa, lantaran tak bersuara & tak punya pengacara.

Saham kosong dan proyek tersedia, begitulah kisah pejabat negara merendahkan dirinya.

Akan ada intimidasi dan ancaman yang berakhir dengan pemenjaraan, bahkan hingga kematian.

Atas nama kehormatan, kekerasan dianggap wajar, razia swasta dilegalkan.

Jadi mari memilih yang kita anggap benar, bukan yang paling terkenal atau banyak uang.

Negeri ini akan ambruk, jika peradilan & hukum terus bangkrut.

Penguasa perlu menabung hikmah, laku keseharian hidup apa adanya.

Penyalahgunaan wewenang politik, makin ramai dengan pelbagai taktik.

Prostitusi bukan hanya soal dosa, tapi soal keadilan nafkah yang tak merata.

Sekolah perlu terus membuka diri pada perubahan, guru jangan segan beradaptasi dengan kebaruan.

Selama para pejabat menghamba harta benda, negara akan terus dijadikan sapi perah penguasa.

Seperti pentas yang perlu badut dan punakawan politik pun diramaikan sosok-sosok menggemaskan.

Ada aparat yang dikejar target perkara, dan juga yang malas memeriksa kembali fakta.

Itulah era safari korporasi ke pejabat dan elit, kasak-kusuk meminta beking politik.

Murka sesaat menyulut pembunuhan, nyawa begitu mudah hilang disertai penyesalan.

Obsesi jabatan yang kekal, mendekatkan penguasa ke paranormal.

Setiap penguasa hendak turun tahta, suksesi menjadi minat siapa saja. Mulai capres yang paling pantas, hingga para petualang tak jelas.

Bagaimana keadilan bisa tercipta, jika orang tak bersalah disiksa menjadi terdakwa.

Jika pengajaran adalah transfer pengetahuan, pendidikan harus menumbuhkan kesadaran.

Kehidupan keras yang penuh persaingan bisa diatasi dengan kematangan dan pengalaman.