Kutipan dari Soekarno - Halaman 8

Ya, kita hidup dalam dunia yang penuh ketakutan kehidupan manusia sekarang digerogoti dan dijadikan pahit-getir oleh rasa ketakutan. Ketakutan akan hari depan ketakutan akan bom hidrogen ketakutan akan ideologi-ideologi.

Aku seorang yang suka memaafkan, akan tetapi aku pun seorang yang keras kepala

Berpedomanlah pada harapan dan ketetapan hati berpedomanlah pada cita-cita berpedomanlah pada impian dan angan-angan

Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya.

Jikalau aku melihat gunung-gunung Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Merbabu Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Kelebet dan gunung-gunung yang lain Aku melihat Indonesia

Indonesia merdeka, tidak lain dan tidak bukan ialah satu jembatan!

Maka aku sekarang berkata kepada para teksnisi, kepada seluruh rakyat Indonesia, mari kita kerjakan kita punya tugas, tanpa meghitung-hitung apa yang nanti terjadi dengan kita.

Merdeka hanyalah sebuah jembatan, walaupun jembatan emas. Di seberang jembatan itu jalan pecah dua: satu ke dunia sama rata sama rasa, satu ke dunia sama ratap sama tangis!

Aku ingin menyampaikan kepada dunia bahwa kami bukan “Bangsa yang Pandir” seperti orang Belanda berulang-ulang mengatakan kepada kami

Aku menjebloskan musuh-musuh negara ke belakang jerajak besi namun demikian aku tidak sampai hati membiarkan burung terkurung di dalam sangkar

Indonesia merdeka, political independence, politieke onafhankelijkheid, tidak lain dan tidak bukan ialah satu jembatan!

Kita orang jawa mempunyai satu kepercayaan bahwa orang yang dilahirkan di saat matahari terbit nasibnya telah ditakdirkan terlebih dahulu Jangan lupakan itu Jangan sekali-kali kau lupakan, nak bahwa engkau ini putra dari Sang Fajar.

Perang kemerdekaan Amerika adalah sukses pertama perang melawan kolonials di dalam sejarah dunia.

Untuk menjadi padang usaha industrialisme, seluruh daerah Indonesia harus Ekonomis satu dan supaya ekonomisnya menjadi satu, maka seluruh daerah Indonesia itu Politis harus menjadi satu pula.

Ibu telah memberikan pangestu kepadaku ketika aku baru berumur beberapa tahun

Imperialisme yang pada hakikatnya internasional hanya dapat dikalahkan dan ditundukan dengan penggabungan tenaga anti imperialisme yang internasional juga.

Jikalau aku menghirup udara ini Aku tidak lagi menghirup udara Aku menghirup Indonesia

Kita ingin mendirikan suatu negara, semua buat semua, bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan, walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan negara, semua buat semua.

Maka karena itu jikalau kita memang betul-betul mengerti, mengingat dan mencintai rakyat Indonesia, marilah kita terima prinsip hal sociale rechvaardig heid ini, yaitu bukan saja persamaan politik, harus mengadakan persamaan, artinya kesejahteraan bersama.

Manakala suatu bangsa telah sanggup mempertahankan negerinya dengan darahnya sendiri, dengan dagingnya sendiri, pada saat itu bangsa itu telah masak untuk kemerdekaan.