Kutipan dari Najwa Shihab - Halaman 15

Dalam bisu di penjara begitu saja, seketika tulang punggung keluarga patah.

Jika di timur ada yang terluka, di barat harus juga merasa duka.

Masih ada waktu untuk menyimak, segala macam rekam jejak.

Mencaci lokalisasi sebagai laku kebejatan, berempati atas alasan keadilan. Urusan menjaga moral publik, berhadapan kepentingan bertahan hidup.

Mengubah watak kekuasaan, dari mental raja menjadi sejenis pelayan.

Penting meninggalkan kepentingan pribadi, karena rakyat menanti pembuktian janji.

Politisi yang tiba-tiba lupa untuk siapa dia berdiri, terbelenggu oligarki dan godaan duniawi.

Seorang penjaga toleransi, mendahulukan rekonsiliasi dari relokasi.

Agar belajar menjadi proses yang menyenangkan, agar kreatifitas terus ditumbuh kembangkan.

Demokrasi yang sehat selalu punya tanda, kuatnya partisipasi warga negara.

Di tengah dunia penuh kompetisi buta kita butuh gerakan mendahulukan kerja sama.

Hak politik diubah seperti hadiah, kewajiban dibuat sebentuk kebaikan.

Heboh media miskin makna, mendorong kejahatan berganda.

Hikayat wakil rakyat kita masih diramaikan kisah hura-hura belaka.

Karena setiap hukum yang tak tegak berwibawa, membuka jalan bagi hukum rimba.

Ketika kekuasaan menjadi lowongan, relakan siapa saja mengirim lamaran.

Mari berani melawan, menolak korupsi menjadi kewajaran.

Menjadi pribadi dengan pikiran penuh keterbukaan, bukan penghafal diktat yang sekedar taat.

Menjarah uang rakyat, jelas perbuatan yang bejat.

Pelimpahan tugas dan peran yang pas, jadi pertaruhan duet kepemimpinan.